bukanaktivis40 - Siapa yang tak kenal dengan sosok Barack Obama? Presiden Amerika Serikat dari partai Demokrat ini memang mencuat popularitasnya karena sosoknya yang kharismatik. Namun, bagaimana bila sosok Barack Obama muncul di public dengan berkostum coklat ala polisi dengan sekop digenggamannya berdiri di tengah gerimis dengan latar belakang reruntuhan gedung sisa-sisa perang? Hal ini bisa Anda temukan dalam komik serial Drafted One Hundred Days – edisi khusus Barack Obama yang edar di seluruh dunia. Namun, siapa nyana dalam credit title komik serial tersebut terselip nama Chris Lie sebagai co creator yang berasal dari Indonesia. Bahkan di salah satu edisi, Jakarta pun menjadi salah satu setting cerita.
Komik ini bukanlah karya pertama Chris Lie. Sebelumnya, komik Return of The Labyrinth terjual habis hanya dalam dua hari di ajang komik terbesar di dunia, San Diego Comic-Con pada Juli tahun 2006 silam. Hingga kini 13 grafik novel dan komik, sepuluh ilustrasi, empat desain konsep, enam desain mainan dan ilustrasi kemasan telah dihasilkan oleh Chris Lie, satu-satunya orang Indonesia yang menembus industri komik mainstream di Amerika.
Filosofi Kendaraan Sirkus
Sekilas tak nampak bila di sebuah apartemen khusus perkantoran di bilangan Tanjung Duren itu terselip sebuah kantor yang berhasil menelurkan komik Return of The Labyrinth yang edar di Amerika Serikat dan bahkan meraih New York Times Manga Best Seller #4. Dalam ruangan 3×4 meter bercat hijau muda itu, nuansa kreatif sangat terasa. Di sisi kanan dan kiri berderet action figure GI Joe: Sigma 6 dan berbagai desain komik berukuran poster terpampang di sudut ruangan. Sementara di bagian tengah berderet lima buah personal computer (PC) yang saling berhadapan, dua personal computer di salah satu sudut, dan sebuah PC di sudut lainnya. Masing-masing staf nampak sibuk di depan PC melakukan aktivitas penciling, inking, coloring dan lettering komik.
Meskipun hanya berawak tiga belas orang, lima orang diantaranya freelancer dan kantor yang mungil namun karyanya tak bisa dianggap remeh. Dari kantor mungil itu telah dihasilkan berbagai komik berseri, game card, design action figure, ilustrasi PC game dan packaging yang sebagian besar proyek tersebut berasal dari negari Barack Obama. Di suatu sore yang cerah di sela kesibukannya, Chris tak segan membagi cerita kepada Warta Ekonomi.
Sedari kecil, Chris memang gemar menggambar. Hobi menggambar komik tak lain karena berawal dari kecintaannya pada komik petualangan Tintin saat duduk di bangku kelas 3 SD. Hasrat menggambarnya tak terbendung. Chris yang mengenyam pendidikan menengah di SMU Negeri 3 Surakarta ini sempat berkeinginan untuk meneruskan kuliah di bidang seni rupa dan desain. Namun sayangnya, keinginannya tersebut tak direstui oleh kedua orang tuanya. Akhirnya, teknik arsitektur Institut Teknologi Bandung dipilihnya sebagai tempat menuntut ilmu karena basic-nya sama yaitu menggambar. Kuliah di tempat yang tak diminatinya tak lantas mematikan hasratnya akan komik. Di bangku kuliah inilah justru Chris belajar dunia komik yang sesungguhnya bersama teman-teman kuliahnya.
Selepas kuliah, Chris sempat mencicipi bekerja dua tahun sebagai arsitek di studio Nyoman Nuarta Bandung. Merasa arsitek bukan dunianya, pada tahun 1998, Chris pun mendirikan Studio Komik Bajing Loncat di Bandung bersama rekan-rekannya semasa kuliah. Melalui studio komik ini, Chris pun berhasil menerbitkan sebuah komik berjudul Katalis. Dan selanjutnya berturut-turut komik bertitel Amoeba, Petualangan Ozzie, Ophir, dan 16 judul buku lainnya berhasil diterbitkan. Sayangnya, studio ini hanya bertahan selama tiga tahun karena tak juga menunjukkan hasil.
Keinginannya mendalami dunia komik kian menggebu saat seorang rekannya memberikan sebuahcompact disc berisi profil Savannah College of Art and Design (SCAD) di Georgia, Amerika Serikat. Suami dari Rennie Setyadharma ini pun langsung jatuh hati menuntut ilmu pada sekolah seni dan desain di kota yang dijuluki The Hostess City of the South ini. Hingga akhirnya di tahun 2003, Chris berhasil meraih mewujudkan mimpinya untuk meraih gelar magister komik melalui Fulbright Scholarship. Selama menuntut ilmu di Georgia, Chris magang di Devil’s Due Publishing, sebuah perusahaan penerbitan ternama yang memegang lisensi komik GI Joe di Chicago. Dalam perjalanannya, Hasbro sebagai perusahaan mainan raksasa pemegang lisensi pusat GI Joe tertarik dengan desain dan gambar karya Chris. Chris pun terlibat dalam pembuatan GI Joe Sigma 6 mulai dari pembuatan desain action figure, ilustrasi untuk cover DVD, kemasan serta media promosi lain yang berkaitan dengan komik tersebut di akhir 2004. Putra pasangan Lie Hong Ing dan Tan Hwa Kiem ini telah menelurkan desain action figure untuk GI Joe: Sigma 6 Soldier Series dan GI Joe: Sigma 6 Commando Series yang mencapai 25 buah. Selanjutnya, kiprah Chris makin tak terbendung. Jossie and The Pussycats (komik serial), GI Joe: Arashikage Showdown (novel), desainaction figure GI Joe: 25th Anniversary Toys Line dan ilustrasi kemasan pun menjadi portofolio Chris selama di Amerika.
Tahun 2007, Chris pulang ke tanah air dan membangun bisnisnya sendiri dengan mendirikan Caravan Studio.Basic bisnisnya adalah studio konsep desain, komik dan ilustrasi yang mengkonsentrasikan diri untuk menggarap bagian kreatif dari sebuah proyek, yaitu tahap pencarian dan pengembangan ide, desain (karakter, lokasi, transportasi) dan art direction dan output-nya berupadigital image yang pendistribusiannya bisa dalam bentuk digital, cetak, online, ataupun mainan. Pengagum komikus Jim Lee ini pun membutuhkan waktu selama enam bulan untuk mewujudkan ide bisnisnya. Tepat pada bulan Januari 2008, dengan bermodalkan uang tabungannya sebesar Rp150 juta berdirilah Caravan Studio. Mengapa Caravan Studio? Filosofinya tak lain adalah seperti kendaraan awak sirkus. “Awak sirkus kan biasanya berisifreak people. Jadi dalam caravan itu isinya adalah freak people namun sarat prestasi,” kata Chris mantap. Alasan lainnya adalah karena gampang untuk dilafalkan oleh semua bahasa. Hal ini tak lain adalah bukti keseriusan Chris untuk go global.
Menyadari persaingan yang tak mudah dengan perusahaan serupa di dunia, pria kelahiran 5 September 1974 memiliki jurus untuk mendiferensiasi bisnisnya dibanding yang lain. Bila biasanya studio-studio di negera berkembang hanya mengerjakan bagian labor works dari negara maju, Caravan Studio justru mengambil bagian proses kreatif dari sebuah proyek kreatif. Game Marvel Ultimate Alliance II (Activision) untuk Playstation3/XBOX360 menjadi salah satu proyek Chris dimana konsep desain karakter superhero komik Marvel didesain ulang olehnya supaya lebihup to date dengan tren visual yang disukai oleh konsumen saat ini. Kebebasan berkreasi pun terlihat dalam satu scene game, crew Caravan Studio muncul dalam karakter yang disamarkan. “Proyek ini yang paling berkesan buat saya,” ungkapnya.
Membidik Proyek Internasional
Start up business memang tak pernah mudah. Di awal berdirinya, Caravan Studio banyak menggarap proyek desain kreatif outsourcing. Namun kini di tahun kedua, Caravan Studio sudah mampu memberikan kebebasan dan waktu bagi para senimannya untuk mulai mengembangkan ide-ide orisinal, terutama yang bernuansa lokal untuk dikemas dan dipasarkan secara global berupa komik digital, komik cetak, buku anak, serial televisi, dan video game.
Berbicara tentang karya Chris bersama Caravan Studio tak terhitung lagi jumlahnya. Salah satunya adalah Drafted comic serial yang merupakan hasil kolaborasinya bersama Mark Powers, mantan editor X-men. Komik yang rencananya akan mencapai 36 edisi ini telah didaftarkan copyright dantrademark-nya di Amerika Serikat dan kepemilikannya dibagi kepada tiga pihak yaitu Devil’s Due sebagai publishing company, Mark Powers dan Chris sendiri. Adalah New Line Cinema, sebuah studio film besar di Amerika Serikat pun sedang melakukan negosiasi untuk pembuatan film yang mengadopsi komik Drafted di tahun 2010 mendatang.
Kiprahnya yang telah melanglang buana di kancah internasional mau tak mau mendongkrak pendapatannya. Untuk perusahaan sekelas Marvel, sebagai penciler sebuah proyek pembuatan komik Chris bisa meraup honor US$100 per lembarnya. Tak berbeda jauh dengan fee proyek pembuatan game card maupun desain action figure dan ilustrasi packaging. Dari tariff tersebut, Chris bisa meraup profit margin hingga 50% karena proyek ini based on idea (intangible asset). “Setelah dikurangi biaya operasional serta biaya penyusutan, profit margin yang diperoleh bisa mencapai 50%,” jelasnya. Per bulannya, paling tidak Caravan mengerjakan sebuah proyek komik. Belum lagi game card yang jumlahnya bisa puluhan kartu. Asumsi Warta Ekonomi, bila satu bulan saja membuat komik setebal 100 halaman, maka omset per bulan bisa mencapai Rp100 juta. Break even point pun sudah berhasil diraihnya di tahun pertama.
Rule of succes ala Chris:
- Disiplin dan komitmen terhadap sebuah pekerjaan.
- Mengutamakan kualitas dengan tidak serakah dalam mengambil proyek.
- Percaya diri dalam menawarkan karya-karyanya sendiri.
- Tidak menipu konsumen atau klien.
- Tidak pernah berpuas diri.